Star’s Song For A Night

BE A GOOD READER ^_^ RCL PLEASE, atleast put one comment below thankyou~ arigatou~ gomapta~ kkk *bows*


-This motion picture photos / cover are protected pursuant to the provisions of the laws of the Republic of Indonesia and other countries. Any authorized duplication and/or distribution of these photos / cover may result in civil liability and criminal prosecution-

-This work of fiction, the characters, incidents, and locations portrayed and the names herein are fictious, and any similiarity to or identification with the location, name, characters or history of any person, product, or entity is entirely coincidental and unintentional-

OneWord: Everything i have been written here and in many other pages or blog are pure and clearly and fresh came out of my brain. Totally my idea, my characters i know and i have around my brain, i never tryna plagiarism to another FF’s author so DON’T EVEN TRY TO COPY AND PASTE THIS MY FF WITHOUT MY PERMISSON although it is just for your collection, or just reading or any other reason can’t be accepted. Be A good reader / appreciator, leave any comments, Don’t be a Plagiarism, Everyone may read and i never put NC inside. Enjoy and typo might be appears here and there J

-Maaf jika ada kesamaan jalan cerita maupun cast, tapi saya membuat FF ini murni dari otak saya dan ide saya sendiri. Saya tidak pernah bermaksud memplagiat atau mengcopy paste FF manapun. Jikalau saya terinspirasi dari suatu FF, maka saya akan menyertakan link hidup original FF nya. Sekian-
Star’s Song For A Night
Part 8



cast :
·        Me a.k.a Song Eun Kyung 
·        Lee Dong Hae as himself
·        Kim Jong Woon as himself [Yesung]
·        Park Swift Jung a.k.a Yoon Eun Hye 
·        Lee Sung Min as himself
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
“Ah, mungkinkah? Mandy Moore? eunggg... Only Hope? Kajja coba nyanyikan lagu ini!” pinta Yesung sambil tersenyum ramah.
Eun Kyung mengangguk mengiyakan dan segera menuruti titah Yesung. Sementara Eun Kyung berusaha melatih pita suaranya lewat lagu itu, Yesung mengiringi suara Eun Kyung dengan sejuntai piano besar di hadapannya.
***
 “Aaaa itu... hahaha mianhae Eun Kyung-ah, saat aku di kamar mandi Yesung tiba-tiba appaku menelpon. Aku disuruh pulang untuk menemui acara penting”

“Alasssaaan! Bilang saja mau pulang biar aku ikut pulang, kenapa bilang ke kamar mandi? Dasar tukang bohong!”

“Aaa Eun Kyung-ah, mianhae... lagi pula, kamu kan lagi ada beban berat. Mungkin Yesung bisa membantu jika lebih dekat^^  kalian tampak serasi kok. Oya bagaimana tadi? Apa ada peristiwa khusus?”

“Apa maksudmu, Eun Hye-ya?”

“Apa kau masih menutup hatimu untuknya? Atau kau masih sakit hati dengan peristiwa di UKS dan di kelas itu? Sayang sekali padahal sudah hampir satu semester.... lalalala~”

“Heh! Lelucon macam apa ini? Apa maksudmu???”

“Ahhh Kau selalu begitu, Sup’yo! Kau ini sudah pacaran hampir 5 bulan, bulan depan sudah akhir semester. Apa kau masih akan terus menggantungkan hubungan itu? Kasihan Yesung kan kalau terus begini? Kau ini... statusnya saja pacaran, tapi kalian sama sekali...”

“Mwo????”

“Anio~ eh, Apa masih belum ada sedikiiiit pun barang ada nama Yesung terucap di hatimu saat kamu berada dalam segala suasana?”

“Mwo? Nama? Nama apa?”

“Nama? Nama Yesung... ah to the point saja! Apa kau masih belum ada rasa suka padanya? Kalau tidak, lantas kenapa saat di kafe tiba-tiba kepikiran mau ke rumah Yesung?”

“Itu kan karena Yesung dari kelas unggulan. Lagian kelasku masuk ruang Alat Musik dan ruang Seni Vokal hanya 3 kali di awal-awal. Kalau kau kan enak, setiap hari ada jadwal belajar musik dan menyanyi”

“Hey, apa kau tidak kasihan pada Yesung eoh? Ingatlah dengan peristiwa di kelas saat jam makan siang, dia begitu membelamu dan menyayangimu. Apa kau masih sakit hati dengan perisitiwa di UKS?”

“Kasihan? Sakit hati? Waeyo? Dia sendiri yang salah paham...”

“Waeyo? Kau tanya wae? Kalau salah paham harusnya putuskan saja! Kenapa harus pacaran tidak jelas begini?!”

“ya! Kenapa kau yang ribut? Biar dia sendiri yang memutuskan, Eun Hye!”

“Ck! Kau ini! benar-benar berhati dingin~”

“Aissh~ Terserah kau saja...”

“Ah, Kyungie, appaku datang. Nanti kutelpon lagi. Bye!”

“Nde,” Eun Kyung segera menutup ponselnya dan meletakkannya ke samping bantal. Ia beranjak ke turun ke bawah untuk melihat keadaan eomma di ruang tengah.

***
           
Hari sudah hampir malam, namun Donghae tetap tidak menyerah untuk terus berlatih demi acara MSY yang tinggal 6 hari lagi. Hanya satu tekadnya, ia ingin membantu Song Eun Kyung untuk debut. Sudah 10 kali Donghae memutar lagu rookie itu dan mencoba mencari-cari gerakan dance yang tepat. Donghae begitu optimis usahanya akan membuahkan hasil seperti yang diharapkan. Donghae menggerakkan tangannya kesana kemari mengikuti irama, kakinya menghentak-hentak mengikuti letupan lagu, matanya berbinar pancarkan harapan yang membumbung begitu besar. Donghae begitu antusias menari, bahkan lelah yang ia rasakan tak dihiraukannya.
Pip! Lagunya tiba-tiba terhenti. Donghae langsung berhenti menari. Donghae melihat apa yang sudah terjadi dengan music playernya namun yang ia temukan justru seorang Kim Hee Chul tengah berdiri di ambang pintu dengan tatapan sinisnya.
“Hyung?”
“Hari sudah hampir malam, kenapa kau masih disini?” tanya Heechul tiba-tiba dan langsung berjalan mendekati Donghae yang masih terbengong-bengong.
“Wae? Aku bertanya padamu, Donghae”
“Ah, anio~ a-aku hanya berlatih... berlatih dance saja, untuk acara MSY nanti,” sangkal Donghae mulus. Heechul mengangguk dan mengambil sebotol air mineral di samping kaca ruangan dan memberikannya pada Donghae.
“Oh, gomawo,” Donghae segera meminumnya.
“Jangan berlatih terlalu keras! Lagipula yang akan dipilih itu dari kelas reguler, bukan kelas unggulan. Kita hanya sebagai penghibur, itu menyedihkan,” jelas Heechul dengan ekspresi kecewa.
“Apa kau tidak senang?” tanya Donghae heran.
“Tentu saja, impianku hanya satu. Ingin debut...” balas Heechul pasrah.
Impianku hanya satu, debut... kalimat itu tiba-tiba terngiang di kepala Donghae. Song Eun Kyung, iya. Yeoja itu...
“donghae-ya? Donghae? Apa yang sedang kau pikirkan?” tanya Heechul tiba-tiba membuyarkan lamunan Donghae. Donghae gelagapan dan langsung meletakkan botol minumnya ke bangku samping.
“Aaa kita kan bisa debut tahun depan,” ujar Donghae tenang.
“Oh ya mianhae tadi aku benar-benar lepas kendali makanya aku...”
“Coba jelaskan padaku, kenapa kau bisa memukul hoonbae kita? Apalagi dia dari kelas reguler,” perintah Donghae. Heechul hanya menunduk. Heechul memutar bola matanya dan segera menjelaskan apa yang sudah terjadi.
“Mianhae, aku terlalu emosi gara-gara keputusan itu. Kenapa kelas reguler? Aku juga ingin dipilih tahun ini agar bisa debut. Tapi semua hilang seketika saat aku baca pengumuman itu. Itu menyebalkan!”
Heechul tampak masih begitu emosi. Donghae paham betul apa yang sedang terjadi. Donghae hanya tersenyum simpul dan menepuk pundak Heechul pelan. Heechul menatap Donghae heran.
“Waeyo?” tanya Heechul.
“Apa kau mau tahu apa alasan appaku membuat keputusan itu?”
“Wae?”
“Kau tahu sendiri sekarang pemerintah kita benar-benar terobsesi untuk menguasai pasar dunia. Mereka memegang kendali entertain Korea sebagai alat ekonomi. Pihak kementrian benar-benar menginginkan entertainer yang bisa diandalkan dengan tidak membuang banyak uang hanya untuk membela sekolah-sekolah yang tak bisa diajak serius. Sekolah kita tahun kemarin tidak mencetak satu pun entertainer, itulah kenapa kementrian budaya membuat surat keputusan akan segera menutup Lila jika tahun ini sekolah kita tidak bisa menarik perhatian satu pun pihak entertainment,” jelas Donghae. Donghae mengambil nafas sejenak.
“Tapi itu tidak adil...” kritik Heechul memelas.
“Lalu kita harus bagaimana? Kemungkinan masih diterima perusahaan entertainment begitu kecil. Tuan Lee yang pengecut itu, hah! Dia tidak mau mengatasinya dengan baik. Dia berpikir licik dengan membuat keputusan itu. Dengan begitu, jika kelas reguler tak mampu menembus perusahaan entertainment, jika Lila ditutup, jika semua warga Lila tak mampu lagi bersekolah. Maka... Kelas reguler akan jadi sasaran amuk seluruh warga Lila”
“MWO?!” pekik Heechul kaget.
“Wae? Itu ide licik bukan?” tanya Donghae dalam senyum dinginnya.
“Kenapa appamu setega itu? Ini kan masalah sekolah, seharusnya ...”
“Sudahlah, semua terlanjur. Semua sekolah sudah membaca pengumuman itu, stempel sekolah juga sudah mengesahkan isi pengumuman gila itu,” jelas Donghae. Heechul hanya diam kebingungan.
“Kalau begitu, semua impian kita.... ah!” Heechul mendengus kesal.
“Berhentilah mengeluh, sekarang kita harus membantu kelas reguler”
“Membantu?” tanya Heechul sambil melotot tak menerima.
“Anio~ Bukan membantu mereka, tapi membantu Lila,” sangkal Donghae.
“Keronde~ Bagaimana caranya?”
Donghae membelakangi heechul sesaat. Donghae mencoba berpikir untuk mencari-cari alasan. Bingo! Dapat! Dia mendapatkan ide agar bisa mendekati Eun Kyung di depan temannya tanpa ada batasan akreditas lagi. Seperti apa yang Donghae janjikan pada Eun Kyung malam itu.  Donghae segera menatap Heechul. Donghae tersenyum dingin.
“Mwo?” tanya Heechul heran.
“Carilah daftar siapa saja yang akan tampil untuk MSY nanti. Kita akan latih mereka dengan dance selama 3 hari, paling tidak 4 hari sebelum acara di mulai”
“Hanya dance?” gerutu Heechul.
“vokal ya? Hmm, kau punya nomor ponsel Yesung?” tanya Donghae.
“Tentu saja aku punya. Kau ini ketua tapi tak punya nomor teman sekelas, aneh”
“Hanya nomor orang penting yang aku simpan di dalam ponselku!” eles Donghae. Heechul segera mengeluarkan ponselnya dan menunjukkan nomor ponsel Yesung. Donghae mengeluarkan ponselnya dan menyalin nomor itu. Setelah itu DOnghae memberikan ponselnya pada Heechul.
“Hubungi dia sekarang!” titah Donghae.
“Aku? Sekarang?”
“Ye”
“Kenapa harus aku?” gerutu Heechul kesal.
[[[
“Kemarin nadamu hanya sampai 3, sekarang ada kemajuan satu tingkat. Kau bagus ekali chagiya!” puji Yesung sambil mengelus tangan Eun Kyung. eun Kyung hanya tersenyum kecut dan menarik tangannya menjauh.
“Ah oppa, tapi aku masih kebingungan untuk bermain pianonya”
“Gwaenchanayo~ acara MSY tak mengharuskan para calon debut untuk memainkan piano, nanti biar aku yang memainkan piano diatas panggung untukmu. Kau menyanyi saja,” bela Yesung enteng.
“Aa~ geurae? Kenapa begitu? Bukankah menyanyi sambil main piano itu keren?”
Drrtt!!!! Drrrrrtt!!! Tiba-tiba ponsel Yesung bergetar. Yesung segera menghentikan pembicaraannya dengan Eun Kyung. yesung mengambil ponsel yang tergelatk tak jauh darinya dan melihat siapa yang menelpon.
“Wae chagi?” tanya Eun Kyung heran.
“Donghae-ssi?” gumam Yesung heran.
“D-Donghae?” pekik Eun Kyung kaget. Bahaya! Kalau sampai donghae tahu ia sedang di rumah Yesung, ah! Pikirannnya kacau seketika. Belum sempat ia bilang ‘Jangan diangkat!’ tapi Yesung sudah menyapa Donghae duluan.
Siphal! Mati aku! Batin Eun Kyung lemah.
“Nde, yeoboseyo?”
 “.....”
“Eo? Kau... kukira...”
“.....”
“Nde. Kapan?”
“.....”
“Oh kalau begitu kita bicarakan saja lagi besok”
“.....”
Pip! Yesung mematikan ponselnya. Sesaat Yesung meratapi ponselnya dengan heran. Eun kyung bertanya kenapa, tapi Yesung malah tidak menjawab. Yesung kembali pada topiknya untuk mengeles dari pertanyaan Eun Kyung.
“Oppa jawab dulu pertanyaanku. Kenapa Donghae menelponmu?”
“Ah, tadi itu bukan Donghae. Tapi Heechul-ssi. Dia pinjam ponsel Donghae”
“Oh, geurae?”
“Kajja kita latihan lagi. Waktumu kurang 6 hari lagi!” ajak Yesung menarik lengan Eun Kyung memasuki ruang musik di rumah Yesung.
♪♪♪
Suasana Lila Art High School di pagi hari, seperti biasa, para murid akan sibuk bercanda satu sama lain. Tidak seperti salah satu siswi yang baru datang itu. Wajahnya di tekuk dan tampak kusut. Seseorang menghampirinya dengan senyum lebar.
“Jeoeun Achim!!!!” ucap Yoon Eun Hye mengagetkan.
“Kau?” respon Eun Kyung dengan nada datar.
“Wae? Kenapa mukamu begitu? Apa ada masalah?” tanay Eun Hye penasaran. Eun Kyung hanya menggelang.
“Kajja kita ke kelas!” ajak Eun Hye. Eun Kyung menatap Eun Hye sinis dan berhenti berjalan.
“Waeyo? Kenapa berhenti? Kajja!” Eun Hye menarik lengan Eun Kyung yang diam terpaku.
“Ki-kita mau kemana, Hye-ya?” tanya Eun Kyung.
“Ke kelas,” jawab Eun Hye enteng.
“Kau ini! ini masih pagi! Kalau dewan seko...”
“Mwo? Dewan sekolah? Masa bodoh! Kau belum baca pengumuman kelas ya?” tanya Eun Hye menggoda Eun Kyung yang terheran-heran karena kalimatnya terpotong oleh celotehan Eun Hye.
“Pengumuman apa?”
Yoon Eun Hye hanya tersnyum polos. Eun hye langsung menarik lengan Song Eun Kyung melewati lorong panjang kelas unggulan menuju papan pengumuman sekolah. Sesampainya disana, Eun Hye mendorong tubuh Eun Kyung masuk kerumunan. Sementara Eun Hye hanya cengar-cengir kegirangan.
“MWO???!!!!!” pekik Eun Kyung kaget.
Suara Eun Kyung yang terdengar begitu keras hingga membuat keributan di antara kerumanan itu segera berhenti. Eun Kyung keluar dari kerumunan itu, menarik lengan Eun Hye menjauh dan membisikkan sesuatu.
“Ini ide gila bukan?”
“Anio~ ini sungguhan, Kyungie. Selama tuan Lee pergi ke Taiwan untuk seminggu sebelum acara MSY kelas kita akan membantu kelas reguler,” bisik Eun Hye senang.
“Apa-apaan ini? siapa yang akan melatih kita? Dan lagi, siapa yang membuat pengumuman itu?” tanya Eun Kyung heran sambil melotot ke aah Eun Hye. Namun Eun Hye hanya menggeleng tak tahu sambil mengangkat kedua bahunya.
“Akulah yang membuat pengumuman itu...” jawab seorang namja dengan suara sedikit melengking.
Kedua yeoja yang sibuk dengan pikiran masing-masing itu segera menoleh ke asal suara namja itu. Tak hanya mereka, kerumunan siswa itu pun juga segera menghentikan aktivitas membacanya dan menoleh ke arah namja itu. Namja itu datang dari berlawanan menuju ke tempat kedua Eun itu berdiri.
“Wae? Kau?” tanya Eun Kyung penasaran.
“Nde, aku,” jawab namja itu semakin menyombongkan dirinya. Eun Kyung hanya melongo melihat dengan siapa kini dia berhadapan.
***

Comments