My 21 Days of Love Story
#NP Yui– Please Stay With Me
Dear kak Hamzah,
Maafkan Rere... itu semua salah Rere
Maafkan Rere... tapi Rere gak bisa kalau gak ada Kakak
Maafkan Rere... Rere gak bisa gak nangis beberapa hari ini
Tau gak? Rere sekarang lagi di kelas, ngikutin kuliah makroekonomi, entah kenapa otak Rere gak bisa fokus sejak awal dateng dan duduk di kursi yang sekarang Rere duduki. Pikiran Rere kabur. Berhenti tepat di bayangan Kakak, dimana Kakak senyum ke Rere. Sayang, senyum itu Cuma jadi sketsa pikiran. Rere mencoba melukiskan itu di buku, tapi tak sanggup...
Entah apa yang membawa Rere tiba-tiba melamun. Tapi tiba-tiba Rere menyadari satu hal. Rere akan menjadi gadis egois, jauh lebih egois lagi, apabila terus menggenggam pasir itu selama berjalan maupun berlari. Baik kugenggam dengan erat atau dengan longgar, pasir tetaplah pasir. Pasir itu tetap akan terlepas dari jemariku. Jatuh berserakan. Adek tidak bisa membiarkan pasir itu jatuh tercecer di jalanan dan terinjak oleh mereka yang lalu lalang. Lalu Adek berjalan menuju ke suatu tempat dimana Adek akan selalu mengenang Kakak... melepas pasir itu dengan anggun dan lembut. Paling tidak, tidak ada satu butir pun dari pasir itu yang tercecer ataupun rusak, hilang ataupun terbang ditiup oleh angin. Pasir itu utuh... tetap utuh. Maafkan kegoisan Rere, kak... maafkan...
Pasir itu kini tetap utuh dan berada di tempat asalnya, aman, dan tak akan terjatuh ataupun tercecer di jalanan karena genggamanku yang lemah... Maafkan Rere...
Tetaplah kau aman disana, kak. Yang penting Kakak tidak tersakiti. Kakak tidak perlu lagi menangis karena menggenggam erat tangan Rere. Tak perlu lagi kakimu berlelah-lelah karena berjalan jauh menyusuri malam singkat yang cerah denganku. Tak perlu lagi angin malam menemani keheningan saat kita bernyanyi tiap malam dengan nada sendu lagi... tak perlu lagi bulan itu menyinari satu sisi wajah Kakak saat memainkan gitar itu, memetikkan melodi itu, ataupun... si gitar tak perlu lagi merasa iri pada Adek karena hanya gitar itulah satu-satunya kekasih pertama kak Hamzah :) atau mungkin yang selama ini iri adalah Adek? Hahaha~
#NP Yui – Goodbye Days
29 Oktober 2014 saat Kakak wisuda, Rere khawatir banget. Kakak bilang Umi sama Abi kayaknya gak bisa nemenin wisuda. Pas baca sms itu, Rere nangis shock. Bagaimana bisa? :’( bagaimana bisa? Pagi itu Rere langsung pesan bunga mawar putih 6 tangkai di temen Rere. Diikat pita putih. Entah kenapa... tiba-tiba teman Rere bilang bunganya sisa 1 dan hanya ada ikat merah, padahal Rere sudah pesan sejak awal :’( maafkan Rere hanya satu yang tertinggal... awalnya Rere ingin 6 tangkai karena 6 adalah hari dimana kita jadian bukan? Tapi... gak ada. Pitanya pun ternyata salah di kasih ke orang lain :” akhirnya Rere bilang ‘yasudah pita merah saja’ [kenapa putih? Karena itu seperti ungkapan hati Rere yang tulus buat kakak. Kenapa pita merah? Pita merah, melambangkan ikatan takdir]
Semoga 1 bunga mawar yang Adek kasih bisa jadi pelengkap hari wisuda Kakak yang saat itu Adek lihat, Adek gak sanggup... Kakak jalan sendiri diantara keramaian :”
Rere gak mau beli buket bunga berangkai!!! Adek takut jika Adek beli bunga berangkai, bunga itu gak bisa disimpen buat Kakak. Bunga itu pasti layu dan terbuang, sama seperti buket bunga wisudawan lainnya :’ benar saja, untunglah sisa 1... jadi, jika Kakak risih dan ingin membuangnya, tak perlu susah-susah membuangnya, berikan saja pada orang lain kak, jangan buang ke sungai atau ke tempat sampah :) tetapi, jika Kakak rasa bunga itu patut untuk disimpan, jangan beri air kalau perlu... taruh saja diantara buku. Bukalah setiap saat Kakak inget Rere.
Inget Rere? Hehehe. Tapi... adakah saat dimana Kakak bakal kangen dan mikirin Rere seperti Rere yang gak bisa berenti mikirin Kakak barang sejam aja? :” Rasanya sakit... i wonder, with whom you fall in love right now, with whom you smiled together right now, and with whom that warm left hand holding to right now... what was the last thing you’d ever think about me? Am I that pretty easy to forget by you? What have you been doing these days? Can you eat well? Hahaha am I wrong thinking about these all questions?
Kakak... berbahagialah... jangan takut berjalan, jangan takut melangkah... jangan menangis di balik selimut dan kegelapan lagi... Adek gak sanggup kalo lihat Kakak menangis seperti malam itu lagi, jantung Adek berdetak cepat dan terasa hancur, bingung, dan merasa bersalah. Bermimpilah, setinggi bintang yang sering kita lihat di jalan pulang itu. Kak, ingatlah, Kakak bukanlah beban buatku. Kakak membantuku berjalan di tengah malam. Kakak menuntunku di tengah keramaian. Kakak menasehatiku banyak hal. Kakak membukakan diriku yang lama tak terjawab, Rere yang hilang dan down selama di organisasi. Kakak buat Rere tersenyum setiap kali bertemu. Kakak yang sabar dan selalu mengalah buat Rere yang childish, egois, cerewet, banyak maunya, sok akrab, kurang perhatian, kecil, perayu, pemaksa, dan nyebelin ini. Kakak bahkan menerima sebotol air mineral yang Rere berikan di kursi lapangan A pasca latihan baseball itu. Kakak yang selalu bilang ‘Ih mana ada?’. Kakak yang selalu protect Rere kalo jalan bareng. Kakak yang ngebantu Rere nyebrang jalan Bintaro. Kakak yang selalu ada di belakang Rere saat jalanan sempit menghimpit kita. Kakak yang jago gombal... Kakak yang rela memberikan pundak kirinya hanya biar Rere yang sedang ngantuk itu tertidur sejenak, ya kenangan di bendungan itu.
Rere yang awalnya belum bisa percaya pada Kakak... berasa mimpi... lalu Kakak meminta tangan kananku, dan Kakak menggenggamnya erat. ‘Hangat gak? Kalo gak berarti ini mimpi. Kalo hangat, berarti ini kenyataan...’
Hahaha... kenyataan ya? Saking realnya Rere sampai shock. Jadian berasa mimpi... bahkan break up pun berasa mimpi... kapan Rere bangunnya?
‘Bangunlah... ini bukan mimpi kok’
Semudah itu Kakak bilang... :’’) ya, bangun... bangun... mau bangun seperti apa lagi?
Kakak, terimakasih sudah menerima Rere apa adanya... sebelumnya, dan bahkan sampai nanti gak akan ada sosok Hamzah kedua atau Hamzah ketiga. Terimakasih sudah menjadi Hamzah Abdul Haq yang Rere banggakan. Paling tidak biarkan Rere mengenang Kakak, jalan tempat dimana kita sering lalui bersama, lapangan A tempat Kakak latihan, kantin tempat Kakak ngasih Rere ucapan ultah dan kado, lagu Goodbye Days yang kita nyanyiin bareng di happup malem itu, atau persimpangan kanopi gedung D dan L tempat Kakak pada akhirnya nembak Rere... terlalu indah, Rere gak sanggup lupain...
Ingat kan? Rere kan cewek strong :) Adek kuat kok... Adek yakin Adek bisa, jangan khawatir... jangan terlalu khawatir... Adek gak selemah itu. Adek bukan perayu yang suka deket” sama semua cowok. I’m not a kind person who will abandone her own friends, even s/he is my bestfriend. Adek pun tak akan khawatir kepada Kakak, karena Adek yakin sekarang Kakak berada di tempat yang aman dan tepat. Berada diantara orang tua Kakak yang kupikir hanya dengan melihat foto mereka melalui ponsel Kakak, Rere yakin mereka adalah orang tua yang baik dan hangat. Sebegitu disayangnya Kakak, Kakak dijaga dengan sungguh-sungguh, diperhatikan, dan selalu ada saat Kakak butuh. Bukan begitu? Jangan bilang tidak... diluar sana masih ada orang memerlukan perhatian seperti yang Kakak terima, tapi mereka tidak mendapatkannya... :’’) Contohnya Adek, Adek rindu sama masa kecil Adek dengan keluarga lengkap, ada ayah, ada Mama :)
#NP The Script – The Man Who Can’t Be Moved
Berbahagialah... Tak apa jika memang Rere harus hidup dalam kenangan 21 hari itu. Biarkan saja bintang-bintang malam yang selalu kita lihat di altar langit sepanjang jalan pulang itu yang melengkapi hari-hari dan malam-malam Rere yang ganjil... hingga saatnya hari itu datang.
Hari dimana Kakak datang dengan membawa plester... dan mengulurkan tangan kanan untuk membantu Rere bangkit kembali, berjalan menyusuri pagi siang sore dan malam, lalu melanjutkan kembali hari ke 22 dan seterusnya bersama Kakak... dan senyuman Kakak itu...
Ada satu hal yang pengen Rere ceritain ke Kakak. Terakhir setelah Rere lihat punggung Kakak menjauh diantara kerumunan wisudawan itu, Rere sakit... ingin menangis tapi udah gak sanggup. Rere lupa belum ngucapin selamat tinggal... Rere mencoba nyari Kakak, muter dan nunggu di SC Sarmili, nihil... Kakak hilang. Rere gak sanggup lagi... Rere yang awalnya janjian sama temen organda buat foto bareng seorganda atas wisudanya temen organda, tapi Rere gamau. Rere dicariin, tapi Rere gak peduli. Rere putuskan buat balik ke kampus. Hujan. Adek lupa gak bawa payung. Gerimis datang, Adek makin sakit saja kalau masih terus disini. Tapi pikir Rere, ah salah. Akhirnya Rere tetep jalan ke kampus... tanpa foto dengan siapapun.
‘Ya Allah jika masih ada satu kesempatan, kumohon... aku pengen ngucapin selamat tinggal ke Kakak. Cuma itu...’
Allah itu gak pernah tidur... benar saja, Adek bisa nemuin Kakak :) I’m so glad i cud see ya just for the last time i did, and i finally cud say ‘Selamat Tinggal, Kakak’ though you just reply it by a single hurt smile over me. It just another happiness fomme to say my last word before i got you lost from my eyesight, got into that car...and i flew away to my own world without anyone watching me odd crying under the rain. Hahaha itu pertama kalinya Adek minum es jalanan. Itu es apa? Adek nanya mbak elva, katanya itu namanya es cendol. Benarkah? :)
Adek beruntung sekali... di tengah perjalanan ketemu teman kelas, Adek gak bawa payung. ‘Sedih banget, Re? Payung kamu mana?’ Adek Cuma bisa senyum dan bilang ‘Makasih kayaknya gak perlu payung deh, Win’. Berulang kali ditawari, Adek nolak. Akhirnya kami jalan ke kelas bareng, tapi Adek milih jalan di belakang Winda. Tepat di persimpangan jalan, kanopi gedung D dan L tempat Kakak dan aku di hari ultah itu jadian... Adek lihat hujan membasahi kenangan itu dengan lembut. Seolah mengiyakan kepergian Kakak... sakitnya :’’
Alasan, mengapa Rere gak mau foto sama Kakak di wisuda itu... Adek mau, Cuma ada satu foto, pertama dan terakhir kita, foto di photobox itu, sama kayak bunga mawar itu. Cuma satu, satu mawar itu... Adek gak mau membuat Kakak semakin sakit hanya karena keinginan kecil Adek. Adek gapapa kok kalo emang gak bisa foto :) Adek yakin akan ada momen dimana foto-foto itu akan tercipta sendiri, nantinya, entah kapan, semoga takdir mempertemukan... Adek gak pengen Kakak dimarahi Umi dan Abi, hanya gara-gara Rere muncul dan ‘Dia siapa?’ lalu Kakak Cuma bisa jawab ‘Temen, Bi’. Then you got hurt more and more and more because of me, because of my heart, because they don’t want to see you in a kind of relationship that our religion warned... Itu akan jauh lebih nyakitin Rere daripada meninggalkan momen foto wisuda terakhir itu :’’’)
#NP Nadia Fatira – Bintang yang Meredup
Tenanglah... pikirkan kembali mimpimu, kak! Berjuanglah! Doa dan harapanku akan selalu menjadi bagian dari Kakak, selalu terpanjat untuk Kakak. Patuhi semua permintaan Umi dan Abi. Bersikap lembutlah selagi bisa. Sebelum semua terlambat, atau Kakak menyesali semua. Semoga ‘Bintangku ini tak akan Pernah Meredup’ sampai nanti :) Kimi Ni Aitai yoo, Hamuza-kun~
Lemme wait for you, just for a second, till i know the day is coming to separate us anymore. But this cute goodbye won’t makes me give up, i am sure we can be ‘US’ again, sooner or later...
P.s: Aku bersyukur bisa minjemin kakak dasi, dasinya masih keiket rapi loh, terakhir kakak yang ngiketin hihihi bau parfum kakak nempel di dasi Adek. I’ll save this inside my Miku-chan doll and hug him everytime i miss you. Gak papa kan, kak? :) jam tangan merah itu, gelang itu... akan selalu Adek simpan :) Maaf ya... So many tears falls down over my cheeks, don’t be happy without me. Do not ever try to be happy, without me :’’’) because i wanne be your happiness, ever **sekarang siapa yang jauh lebih jahat? Masih Kakak? Atau Rere? :’’
Rere
61014 ~ 271014
**Tulus - Sepatu**
Comments
Post a Comment
Comment Here