Star’s Song For A Night

BE A GOOD READER ^_^ RCL PLEASE, atleast put one comment below thankyou~ arigatou~ gomapta~ kkk *bows*

-This motion picture photos / cover are protected pursuant to the provisions of the laws of the Republic of Indonesia and other countries. Any authorized duplication and/or distribution of these photos / cover may result in civil liability and criminal prosecution-

-This work of fiction, the characters, incidents, and locations portrayed and the names herein are fictious, and any similiarity to or identification with the location, name, characters or history of any person, product, or entity is entirely coincidental and unintentional-

OneWord: Everything i have been written here and in many other pages or blog are pure and clearly and fresh came out of my brain. Totally my idea, my characters i know and i have around my brain, i never tryna plagiarism to another FF’s author so DON’T EVEN TRY TO COPY AND PASTE THIS MY FF WITHOUT MY PERMISSON although it is just for your collection, or just reading or any other reason can’t be accepted. Be A good reader / appreciator, leave any comments, Don’t be a Plagiarism, Everyone may read and i never put NC inside. Enjoy J
~~~
-Maaf jika ada kesamaan jalan cerita maupun cast, tapi saya membuat FF ini murni dari otak saya dan ide saya sendiri. Saya tidak pernah bermaksud memplagiat atau mengcopy paste FF manapun. Jikalau saya terinspirasi dari suatu FF, maka saya akan menyertakan link hidup original FF nya. Sekian-

Star’s Song For A Night
Part 6


cast :
·        Me a.k.a Song Eun Kyung 
·        Lee Dong Hae as himself
·        Kim Jong Woon as himself [Yesung]
·        Park Swift Jung a.k.a Yoon Eun Hye 
·        Lee Sung Min as himself
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Drrrrssssssss!!!!! Suara gerimis yang semakin memuncak. Sememuncak perasaan yang berkecamuk di benak Eun Kyung. Dia mencoba menelpon seseorang itu, tapi masih saja tidak aktif. Entah, otaknya sudah buntu. Dia segera berlari keluar rumah tanpa membawa payung atau jas sekalipun. Ponselnya pun ikut tertinggal di dalam kamarnya. Dia berlari, berlari ya... berlari. Dia berlari menerobos hujan malam yang menurutnya dingin itu hanya angin belaka. Dia berlari dengan begitu mantap dan berharap seseorang itu dapat ditemuinya.
Hosh... hosh...” nafasnya tersengal-sengal. Dia mencari sosok itu tapi tak juga ketemu. Lutunya lemas, badannya terhuyung jatuh ke depan. Ia tak mampu lagi melihat apa yang ada di depan apapun itu. Matanya mulai berat, ia tetap berusaha membuka matanya tapi tak sanggup. Badannya sedikit menggigil dengan tiba-tiba. Pandangannya juga ikut kabur. Begitu kaburnya ia sampai melihat bayangan sebuah wajah yang dengan sendu dan dalam keadaan basah kuyup memandanginya sambil tersenyum. Dia melihat wajah itu mendekat, semakin dekat, semakin dekat, dan ia merasakan sesuatu menyakitkan tubuhnya. Semua begitu gelap. Ia ketakutan. Karena ketakutan ahirnya ia terbangun dan mencoba melihat sekitar.
Aigoo~ badanku sakit semua... Hah! Aku ada dimana?!” pekik Eun Kyung penuh ketakutan dan memandangi sebuah selimut yang rupanya sejak lama menyelimuti dirinya. Dia juga melihat bajunya yang ternyata juga sudah ganti menjadi sebuah kemeja berwarna putih berukuran XL dengan setelan hotpans biru tua yang tampak begitu santai. Seseorang menepuk pundaknya dan mengulurkan segelas teh hangat.
“Minumlah, kau pasti masih kedinginan,” perintah seseorang itu.
Nu-nuguseyo? Bagaimana bisa aku disini?” tanya Eun Kyung heran. Seseorang itu langsung pergi tanpa menolehkan wajahnya setelah meletakkan gelas teh itu ke meja di samping tempat Eun Kyung tertidur tadi.
“Aku...” respon seseorang itu. Seseorang itu akhirnya menoleh ke arah Eun Kyung. Seseorang itu tersenyum dengan sinisnya.
MWO?!” Eun Kyung berteriak kaget. Sungguh tak percaya dengan siapa ia kini berhadapan.
“Aku semalam berencana mengunjungi rumahmu, tapi setiba di depan rumah kulihat kau berlari ke arah Utara. Aku mencoba mengikutimu. Saat kau berhenti berlari, kau jatuh pingsan. Aku menolongmu dan aku suruh anak buahku untuk menjaga eommamu. Tenang saja, pembantuku yang semalam mengganti pakaian basahmu. Aku semalam tertidur di ruang tamu...” jelas seseorang itu begitu santainya.  Begitu berbeda dengan ekspresi Eun Kyung yang berubah menjadi jijik dengan seketika.
“Khe, gamsahamnida atas kebaikan tuan menyuruh orang-orang itu menjaga eomma, tapi aku sangat tidak merasa berterimakasih saat tuan Lee membawaku kemari!” bentak Eun Kyung memecah suasana.
Sesorang itu adalah seorang namja, tuan Lee. Dialah tuan Lee Sung Min. Kepala sekolah Lila saat ini. tuan Lee langsung tertawa geli dan duduk di depan yeoja yang saat itu sedang murka dan sangat tidak senang berada di tempat dimana ia berada sekarang.
“Kau ini~” celosnya. “Tidak tahu berterimakasih!” tuan Lee menyeruput teh yang dibawanya sejak tadi dan meletakkan tepat di depan gelas teh Eun Kyung. Eun Kyung memandangi tuan Lee begitu sinis.
“Aku akan sangat berterimakasih kalau kau lebih baik membiarkanku mati kedinginan saja di jalan!” bentak Eun Kyung tak kalah keras seperti sebelumnya. Tuan Lee segera bangkit dari duduknya dan berjalan menuju sebuah lemari kecil. Dibukanya lemari itu dan ia melemparkan sebuah pakaian pada Eun Kyung.
“Pakaianmu sudah dikeringkan oleh pembantuku. Bawa pulang! Kau sama menjijikannya dengan appamu”
“Yak! Aku memang menjijikan! Tapi jangan pernah sekali-sekali mengolok-olok orangtuaku didepan ku! Kau pikir kau lebih baik? Cih!” Eun Kyung meludah ke arah karpet berwarna merah terang tepat mengalasi meja di samping tempat Eun Kyung duduk.
“....”
“Gomawo! Aku mau pulang!” Eun Kyung membuka pintu kamar dan melangkah menuruni tangga meninggalkan tuan Lee yang dengan santai berdiri menatap jendela kamarnya yang begitu luas. Dia tampak tak begitu menghiraukan Eun Kyung.
Sesampainya di ruang tamu, langkah Eun Kyung terhenti setelah melihat sebuah foto keluarga berukuran besar terpajang di sisi kanan ruangan. Dilihatnya satu per satu foto itu. Satu orang yang membuatnya terkejut saat itu adalah...
“Donghae?” gumam Eun Kyung tak percaya. Semakin ia perhatikan foto itu lekat-lekat semakin pikirannya kacau. Akhirnya ia pun memutuskan untuk segera pergi dan keluar dari rumah menjengkelkan itu. BLAAAMMM!!! Pintu rumah terbanting dengan kerasnya.
***
Tok! Tok! Tok!
Nuguseyo?” teriak penghuni rumah. Klek! Pintunya pun terbuka dan tampaklah sang pemilik rumah dengan sebuah celemek sederhana berwarna merah muda dengan sedikit renda berwarna abu-abu dan putih melingkar di pinggangnya.
K-kau?” sapa pemilik rumah.
“Bolehkah aku masuk?” tanya seseorang sambil melongok ke dalam rumah yang baginya tampak begitu sepi. Sang pemilik rumah mengiyakan dan menyilahkan dia duduk. Dia segera pergi masuk ke dalam rumah untuk beberapa saat lalu kembali ke tempat tamu itu berada dengan dua gelas jus dan sepiring wafle di atasnya. Dia meletakkan hidangan itu dengan sesekali melirik tamunya heran.
“Apa yang kau inginkan, Yesung-ssi?” tanya sang pemilik rumah. Ya, seseorang yang bertamu itu adalah Yesung.
“Aku khawatir denganmu, Eun Kyung. Sudah empat hari kau tidak masuk sekolah, apa kau sakit atau bagaimana. Makanya aku mengunjungimu kemari,” jelas Yesung mantap.
Gw-gwaenchana~ aku baik-baik saja” ucapnya terbata-bata. Sejenak suasana berubah menjadi dingin. Yesung memandangi wajah Eun Kyung penuh iba. Dalam pikiran Eun Kyung, dia masih mengingat bagaimana peristiwa di UKS dan di kelas tempo hari itu.
“Mianhae atas kelakuanku yang kasar saat di UKS,” ujar Yesung. Dilihatnya namja itu menunduk seolah-olah merasa bersalah.
“Dan di kelas tempo hari... Aku hanya ingin bertingkah layaknya seorang kekasih, hanya itu,” Yesung menggigit bibir bagian bawahnya. Tampak sekali dia begitu gugup. Eun Kyung memandanginya gundah. Dia tak tahu apa yang harus di katankannya.
Aniya~ gwaenchana~” respon Eun Kyung singkat. Mereka saling pandang sejenak. Suasana begitu dingin, tapi mereka tetap dalam posisinya.
Klek! Pintu rumah Eun Kyung terbuka untuk yang kedua kalinya.
Annyeonghaseoooo~ maaf aku terlambat, ya?” sapa Yoon Eun Hye dari balik pintu. Yesung dan Eun Kyung langsung menoleh ke arak Eun Hye dengan salah tingkah.
AH! Kau datang juga~” Eun Kyung segera berdiri dari duduknya dan memeluk Eun Hye erat. “Bogoshipeo~” bisik Eun Kyung dengan gembira.
Nadooo~” ucap Eun Hye tak kalah gembira. Mereka saling tertawa sejenak dan langsung duduk di sofa.
“Aku sangat mengkhawatirkanmu... hihihi oiyah, aku bawa ini,” Eun Hye mengacak-acak tas berwana tosca yang dibawanya dan segera mengulurkan sesuatu.
“Aku pikir kau sakit, jadi aku bawakan ini. makanan kesukaanmu, semoga cepat sembuh!” Eun Hye terkekeh sambil sesekali menepuk pundak Eun Kyung yang duduk tepat di sampingnya. Dilain sisi, Yesung yang memandanginya bahagia juga ikut terkekeh. Eun Kyung pun tersenyum bahagia.
“Nah, begitu saja! Jangan cemberut lagi! Kau tampak buruk kalau kau cuek! Kau tampak manis saat tersenyum... Yeopppooo~” cela Yesung sambil memasang wajah aegyo dan sedikit membuat Eun Hye dan Eun Kyung tertawa geli.
Aissh! Nde, gomapta, tapi sebenarnya aku tidak sakit kok,” jawab Eun Kyung cuek.
“Kau senang dengan hadiahnya? Bukalah!” pinta Yesung. Eun Kyung segera mengeluarkan isi kado itu dan ia tersenyum senang.
“Whoaaa~ kue kering khas Gyeonggi! Gomapta, yeorobun,” Eun Kyung sangat berterimakasih karena kue itu adalah kue favorit dia dan eommanya. Sudah sejak lama dia tak merasakan kue itu karena tak ada cukup uang untuk membeli.
Keronde~ Kau jangan terlalu senang dulu,” Eun Hye angkat biacara. “Sebenarnya...”
Duagh! “Awww~” Yesung meringik kesakitan. Dia segera menoleh kebelakang dan benar saja, saat dia berusaha menyandarkan punggungnya, kepalanya malah membentur sebuah lukisan yang tertempel di dinding. Eun Kyung menatap keduanya heran. Yesung mulai salah tingkah yang padahal kelakuannya barusan memang disengaja.
“Sebenarnya apa?”
“Ah~ sebenarnya...” lanjut Eun Hye ragu-ragu  sambil sesekali melirik Yesung.
“Se-sebenarnya kita ingin mengajakmu jalan-jalan,” sahut Yesung penuh riang tanpa memedulikan omongan Eun Hye. Eun Kyung langsung tertawa senang.
“Mau bermain ya? Wah, aku juga bosan kalau di rumah terus! Kajja! Kita main!” Eun Kyung tersenyum begitu bahagia segera berdiri melepaskan celemeknya, ia masuk ke dalam kamarnya.
Eun Hye yang memasang wajah senang begitu melihat Yesung yang memasang wajah kaget langsung menyilangkan kedua tangannya. “Apa-apan?!” cibirnya.
“Hehehe jangan katakan padanya kalau aku yang membelikan hadiah itu, jebal~~~ nanti Eun Kyung bisa marah...” bisik Yesung dengan sedikit mencondongkan badannya ke arah Eun Hye.
Eun Hye tetap dalam posisinya, dia tampak sangat kesal.
Kau tampak berbeda hari ini, cuekmu menghilang. Kau tersenyum, polos sekali. tetaplah begitu, dan satu... Biarkan aku melakukan hal-hal selayaknya kekasihmu... batin Yesung.
“Aku siaaaaapp~” sapa Eun Kyung dari dalam dengan sebuah senyum merekah dari balik bibirnya.
Aisssh! Apa begini penampilan orang yang sedang sakit? Kau tampak baik-baik saja!” celetuk Eun Hye seraya berdiri dan menarik lengan Yesung untuk ebrdiri juga.
“Oh Nde, nde~” sahut Yesung karena sebuah kaki yang ternyata milik Eun Hye telah dengan sengaja menginjak kakinya.
“Kalian ini kenapa? Kajja~” Eun Kyung, Eun Hye, dan Yesung segera keluar dan menutup pintu rumah dengan pelan.
“Eomma~ baik-baiklah di rumah,” gumam Eun Kyung sambil meratapin pintu yang kini dikuncinya. Eun Hye dan Yesung yang tampak bahagia segera mengambil mobil Eun Hye yang terparkir disudut jalan dan memanggil Eun Kyung untuk segera masuk
Kajja~~~ kita ke salon dulu, ya?” pinta Eun Hye.
Andwae! Aku tidak suka!” jawab Yesung sebal.
Eun Kyung yang sedari tadi diam pun tertawa geli melihat tingkah mereka. Mereka bercanda, tertawa, dan begitu bahagia menikmati hari-hari mereka. Sementara di balik itu, seseorang dengan setelan jas berwarna hitam dan sepatu hitam mengkilat memandangi mereka dari balik sebuah pohon tak jauh dari tempat mereka start di rumah Eun Kyung.
Aku akan menjadi debutmu,” gumam namja itu. “Karena aku, Lee Donghae”
***
“Haaaaahhhhh~ aku tidak memiliki perasaan iiittuuuu...”
Jika tidak, lantas kenapa kau menerimanya sebagai namjachingumu???”
“Eun Hye-ya! Dia... dia malam itu bertingkah benar-benar memojokkanku, bagaimana bisa aku berbicara? Dia memberikanku sebuah balon hati dengan mengikatkan sebuah tulisan “Saranghaeyo” di ujung tali. Saat aku menerima balon itu, dia tiba-tiba melepas balonnya dan di-dia tiba-tiba-tibaa...” lanjutnya menggantung.
Mwoooo? Kau diciumnya?! Hahahaha!”
“KENAPA KAU MALAH MENERTAWAIKU?!!!”
Kau ini sungguh aneh!”
“Aku tidak bermaksud menerimanya... saat itu dia salah paham!”
Hahahaha salah paham apanya?! Yesung sendiri yang bercerita padaku, kalau kau menerima balon itu sesuai permintaan berarti kau menerimanya
“Kapan dia bilang begitu?”
Apanya?
“Aissh kau ini!”
Kalau kau tidak suka harusnya kau tidak menerima balon itu! Dasar pabbo!
“Aniyooo~~ saat itu aku tiba-tiba menerimanya karena aku berpikir yang memberikan balon itu D-Do...” jawab Eun Kyung menggangtung. “Ah, aku ini!” bisik Eun Kyung sangat pelan.
Apa? Kau mau bilang apa?”
“Ahhh.... apa kemarin-kemarin itu terlalu berlebihan?”
Tentu saja! Kau ini kekasihnya, dia kekasihmu! Wajar kalau Yesung mengajakmu kencan dan makan siang bersama? Kenapa kau menolak?”
“A-aku.. aku tidak suka”
Tidak suka kenapa?”
“Bertingkah seperti anak kecil di depan teman-teman sekelas membuatku canggung. Aku muak!” Eun Kyung mengeles dengan sangat bijak. Eun Hye yang diseberang sana sedang sibuk dengan ice creamnya sampai tak mengerti kalau Eun Kyung tengah bersandiwara.
Eun Kyung-ah~ kau benar-benar memprihatinkan! Kau benar-benar bermasalah dalam hal sosialisasi, hmmm es nya enak sekali! ah! Lagipula, bagaimana bisa kau setiap hari memasang tampang cuek dan apa? Alasan konyol apa itu?! Jika aku jadi yesung, jelas sekali aku marah...”
“Ne, mianhae...”
Ye? Buat apa?”
“Kau dulu bilang kecewa padaku?! Katamu akau keterlaluan?! Kau ini ... isssh!”
Yak! Kenapa minat maaf padaku? Seharusnya kau minta maaf pada Yesung~”
“Ani...”
Ye?”
“Ah! Ada panggilan masuk. Nanti kutelpon lagi, arraseo?”
Ne
Eun Kyung memencet ponselnya dan segera mengangkat panggilan itu.
“.....”
“Nuguseyo?”
“...”
Dasar aneh! Siapa yang menggangguku ini? malam-malam begini menghancurkan momenku dengan Eun Hye saja...” gerutunya sambil menutup kembali ponselnya. Dia berjalan ke arah eommanya yang sibuk merajut untuk menyuapinya makan malam. Tapi tiba-tiba...
Yeoboseyo?” yeoja itu mengangkat ponsel flip merah mudanya yang tiba-tiba berbunyi. Dia mengenal sekali suara itu. Sesekali yeoja itu melirik eommanya yang sibuk dengan rajutannya.
Ne, arrasseo~” ucap yeoja itu. Yeoja itu menutup ponselnya dan segera duduk berjongkok tepat dibawah kaki eommanya yang tengah sibuk merajut.
Eomma?” sapa yeoja itu. Wanita setengah baya itu tetap dalam posisinya. Sepertinya ia tak mendengar apa-apa. Tapi yeoja yang berjongkok itu mengulaskan senyum tulus sambil sesekali mengusap usap lutut eommanya yang terbalut selimut panjang selantai.
“Eomma~ jangan pernah pergi... tetaplah tunggu aku disini... aku akan segera kembali... jika haus atau lapar, makanannya ada di meja samping,” bisik yeoja itu lembut. Yeoja itu bangkit dan segera memeluk eommanya. Dia mengecup kening eommanya dan melangkah keluar dengan berat.
Yeoja itu keluar dari rumahnya dan berjalan menuju suatu tempat. Tepat dimana tujuannya telah sampai, dia berdiri menoleh ke kanan dan kekiri mencari seseorang tapi tidak ada siapapun disana.
Anyeong hasimnika, chagiya~” sapa seseorang dengan nada penuh bahagia. Sapaan itu berasal dari seorang namja yang saat itu berdiri tepat dibelakangnya. Mata yeoja itu terbelalak kaget. Ia sangat mengenal betul suara itu. Kemudian, namja itu memeluk yeoja itu dari belakang.
Bogoshipeosimnida, Eun Kyung-ssi~” bisik namja itu di telinga kanan yeoja itu sampai terasa bagaimana nafas namja itu menyentuh halus daun telinganya. Yeoja itu terpaku. Jantungnya berdegup keras. Ia berusaha bergerak tapi ia sanggup.
Na-nado~” respon Eun Kyung kalut.
Namja itu segera membalikkan tubuh yeoja yang telah dipeluknya itu dan menatapnya sendu. Tanpa kata-kata namja itu langsung mendekatkan wajahnya pada yeoja itu. Namja itu mengecup bibir yeoja itu lembut. Sesaat mereka saling tatap. Angin berhembus lembut mengibarkan rambut dan poni Eun Kyung, yeoja yang ditemui oleh namja itu. Namja itu segera bangkit dan mengajak yeoja itu duduk. Ya, sekali lagi. Namja itu menatap Eun Kyung dengan sendu.
“Donghae...” gumam Eun Kyung lirih.
“Aku mengujungi tempat ini, selalu, seperti janji kita. Walau seminggu ini kau tak juga datang. Aku sangat sedih saat kau tak datang... malam itu aku putuskan untuk ke rumahmu, tapi ternyata rumahmu sepi. Aku melihat sebuah mobil terparkir, aku mengintip rumahmu dari balik pohon. Ada kawanan namja berjas hitam memenuhi rumahmu. Aku ingin melawan mereka.. namun saat kutahu te-ternyata... mereka anak buah tuan Lee... a-aku...”
Eun Kyung menatap Donghae tak percaya. Dia tak tahu bagaimana perasaanya saat ini. mengingat malam itu, saat hujan ia berusaha sekuat tenaga berlari menemuinya sampai pingsan, bertemu tuan Lee dalam kondisi tak bersahabat, serta melihat sebuah foto yang dengan jelas terpampang wajahnya disana. Eun Kyung mulai kebingungan memulai kata-katanya darimana.
“Kau juga tidak masuk sekolah beberapa hari, aku sangat bingung. Aku berusaha mencarimu, tapi rumahmu selalu tampak sepi. Aku menunggumu disini, tapi kau tak datang. Aku...”
“Berhentilah memakai topeng itu...” bisik Eun Kyung memotong kalimat Donghae. Donghae menatap Eun Kyung serius. Donghae tak mengerti maksud Eun Kyung.
“Ye?” tanya Donghae serius.
“Aku tahu... kau benar-benar putra tuan Lee ‘kan? Heh! Gosip itu benar. Harusnya aku tak boleh percaya padamu...”
“Apa yang sedang kau utarakan?” tanya donghae terheran-heran. Tampaknya donghae terkejut atas pengakuan Eun Kyung. Samar-samar terdengar Eun Kyung berbisik kalau dia sangat kecewa. Donghae menyentuh pipi Eun Kyung lembut.
“Kenapa berbohong?” gerutu yeoja itu sambil menangis. Donghae melapaskan sentuhannya. Yeoja itu tak kuasa menahan airmatanya. Ia menangis dan menatap Donghae kecewa.
“Kenapa? Kau sendiri yang bilang gosip itu bermula atas ketidak adilan tuan Lee yang iri atas kesuksesan appamu. Tapi kenapa kau ada di foto keluarga tuan Lee? Siapa kau sebenarnya?! Kenapa berbohong?!’’ bentak Eun Kyung sambil menangis. Dia langsung memukul lengan donghae keras. Donghae memang merasa sedikit kesakitan, tapi...
“Foto keluarga?!” tanya Donghae heran.
“Heh, lupakan!” eun kyung berdiri dan berusaha pergi. Tapi langkahnya terhenti saat Donghae menarik tangannya.
“Kaulah jawabanku...” gumam Donghae dengan suara sedikit parau. Eun Kyung menoleh ke arah Donghae, dilihatnya namja itu, kedua bola matanya berkaca-kaca seakan mau menangis.
“Aku tak pernah berbohong padamu...” ungkap Donghae lemas. Eun Kyung merasa kesal. Dia melepaskan tangan Donghae dan memasang wajah begitu murka.
“Jauhi aku... kau mungkin juga berbohong mengenai debut itu!”
“berbohong?! Kau tidak percaya padaku?”
“Ne!”
“Kau lupa dengan pesta topeng Cinderella’s Chef?! Kau?!” donghae menatap yeoja itu tajam. Eun Kyung terkejut mendengarnya.
***
Yeoja itu mengulurkan bekal makan malam kepada namja itu. Namja itu segera memakannya. Namja itu begitu menikmati makanan itu, sementara sang yeoja melihatnya begitu bahagia. Sang namja memuji keelokannya dan keenakan masakannya, yeoja itu tersenyum menang. Sesekali mereka bercanda malam itu.
“Aku akan mengusulkan acara pesta topeng Cinderella’s chef!” celetuk Donghae yakin sambil mengepalkan tangannya.
“Hah! Kau ini apa-apan?!” dengus eun kyung. Dilihatnya kotak bekal itu sudah kosong, makanannya telah habis disantap. Rona merah penuh kebahagiaan menyelimuti wajah Eun kyung. Dia segera merapikan kotak bekalnya dan menaruhnya ke dalam tas.
“Ne! Aku bersungguh2!” pinta Donghae merengek agar Eun Kyung percaya.
“ne, lanjutkan idemu!”
“Jadi aku akan mengusulkan sebuah acara pesta topeng di rumah Heechul. Ya, kau tahu kan sebentar lagi dia ulang tahun. Sebagai kado istimewa bagi Heechul yang super playboy, akan lebih baik kalau dia memilih banyak yeoja dalam acara pesta topeng jadi semua undangan harus memakai topeng. Tapi pesta topeng itu ada lombanya, jadi Cinderella’s Chef! Heechul kan selalu bertingkah layaknya cinderella kalau di rumah,” jelas Donghae sambil tertawa geli.
Geuraeyo?” timpal Eun Kyung tak percaya.
“Iya, nanti aku yang mengurus semuanya deh! Nal mideo, eo?”
“Ehmmm aniyaaaa!” jawab Eun Kyung mantap sambil menggelengkan kepalanya.
Mwooo??!!!”
“kalau menang pasti jadi yeojachingu Heechul! Andwae!” bentak Eun Kyung kesal. Eun Kyung pun cemberut dengan muka begitu sebal.
Aisssh! Siapa bilang begitu? Aku tidak bilang begitu... kalau menang... ehmmm... kalau menang... AAAA! Kalau menang akan jadi maskot Chef sekolah, hm eotteyo?????” Donghae menyikut lengan Eun Kyung lembut sampai Eun Kyung tertawa geli melihatnya.
“Jadi maskot saja eo? Itu tidak adil...”
“Aissh paling tidak ‘kan masakanmu jadi terkenal, beri nama masakanmu dengan nama khas agar bisa masuk majalah sekolah, eotteyo? Kalau jadi maskot Chef, otomatis kesempatan debut akan lebih mudah. Kau akan lebih dikenal dan mudah masuk kelas unggulan karena prestasi,” jelas Donghae penuh percaya diri.
“Ha?! Hahahaha~ kau percaya diri sekali, chagi! Mana mungkin? itu tidak semudah yang kau ceritakan hahahaha~ pakai topeng sambil memasak? Hahaha lagipula Heechul kan murid kelas unggulan, pasti pestanya untuk siswa kelas unggulan saja!” komentar Eun Kyung pasrah dan meletakkan dagunya diatas lututnya. Dia tampak begitu kecewa dan putus asas
“Aaaa~ benar juga...” Donghae berpikir keras. “Ah iya! Jika memang harus begitu aku akan mencuri satu undangan untukmu agar bisa masuk!”
Geuraeyo?”
ne, nal mideo, eo?”
“Aaaaa gomaptaaaa~” Eun Kyung memeluk namja itu dengan riang gembira.
***
“Kau ingat?” kalimat itu membuyarkan flashback Eun Kyung dan menatap Namja itu sinis.
“Tapi Heechul tampak marah, lagipula hal itu ternyata tidak membantuku masuk ke kelas unggulan. Walau Eun Hye juga banyak membantu, tapi Eun Hye tak tahu menahu masalah ini...” ucap yeoja itu dengan perasaan berdosa.
“Bagaimana bisa... Hah! Cukup! Lagipula aku sudah tahu kebohonganmu! Kau benar putra Lee Sung min!”
“Aniyaaa...”
Keronde... Waeyo? Eo? WAE??? Kau membohongiku... hiks, apa salahku?”
“Karena kau adalah jawabanku...” respon Donghae semakin menghancurkan suasana.
“Ne?”
I’ll be your debut! Aku sudah bilang padamu, bukan?” ucap Donghae mantap. Dia segera pergi meninggalkan Song Eun Kyung yang masih terdiam dengan tatapan sedih dan terkejutnya. Dibalik mendungnya kota Gyeonggi, Donghae dengan linangan air mata berjalan menjauhi Eun Kyung. Eun Kyung menatapnya heran.
“Jawaban apa?” bisiknya.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Comments